Seiring hari berganti, masing-masing kembali ke ritme pekerjaan. Suatu proyek penting membawa kami semakin dekat—bukan hanya sebagai kolega, melainkan sebagai dua insan yang saling belajar memahami mimpi, kekuatan, dan kelembutan hati masing-masing. Setiap tantangan yang dihadapi bersama menyulam keakraban yang tak terduga.

Tak lama kemudian, takdir menghadirkan ujian tersendiri. Zhillan harus kembali ke Bandung, dan jarak memisahkan ruang yang sebelumnya begitu intim. Namun, jarak itu tak mampu meredupkan sinar cinta yang telah tumbuh. Setiap sore, dalam gemerisik angin dan cahaya senja yang perlahan merekah, kami saling bertukar cerita dan harapan lewat pesan serta telepon. Jarak pun seakan menjadi saksi bisu, memperkuat kepercayaan dan meneguhkan tekad untuk mempertahankan ikatan yang semakin mendalam.

Masa-masa itu dipenuhi dengan rintangan dan pula momen-momen manis yang membuktikan bahwa cinta sejati mampu bertahan, meski harus ditempa oleh waktu dan jarak. Dalam setiap tantangan, kami belajar untuk saling menguatkan, membangun pondasi yang kokoh atas dasar kepercayaan dan pengertian.